Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia membutuhkan biaya untuk berkontribusi mengurangi CO2 atau perubahan iklim luar biasa tinggi.
“Salah satu hitungan adalah Rp 3.461 triliun sampai 2030 dan bahkan sekarang angka itu direvisi menjadi Rp 3.779 triliun, lebih tinggi lagi,” kata Sri Mulyani dalam webinar CSIS, Rabu, 4 Agustus 2021.
Sedangkan kebutuhan investasi untuk bisa menurunkan CO2 itu mencapai USD 365 miliar, di mana peranan pemerintah hanya sekitar 26 persen.
“Ini artinya bagaimana kita bisa mendesain policy dan framework sehingga kerja sama public private dan internasional global bisa menterjemahkan sehingga financial gap bisa dipenuhi dan kemudian komitmen climate change bisa dicapai. Sebuah angka yang sangat besar,” ujarnya.
Dia menuturkan pada 2030 milestone untuk climate change itu merupakan sesuatu yang sangat critical. Banyak negara sudah berikhtiar, salah satunya menghasilkan Paris Agreement.
Saat ini, kata dia, semua negara melalukan komitmen untuk mengurangi CO2, karena dunia ini sudah menghangat. Bulan-bulan ini, kata Sri Mulyani, hampir semua negara di dunia mengalami fenomena itu.
Banjir yang tidak pernah terjadi, terjadi. Bahkan di Jerman banyak sekali korban. Kebakaran hutan terjadi di Turki maupun California. Ada juga tumbuhnya es atau salju yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.
“Jadi climate change is real dan jangka waktunya semakin sangat sempit, karena dunia ini sudah menghangat di atas 1 persen,” kata Sri Mulyani.
HENDARTYO HANGGI