Influencer dan presenter TV Imam Darto mengungkapkan alasan menggagas Gerakan Berbagi Makan Gratis untuk pasien isolasi mandiri, yang berawal dari pengalamannya kesulitan mencari rumah sakit saat dinyatakan positif COVID-19.
“Awalnya saya mengalami sendiri sulitnya mencari rumah sakit, kondisi IGD yang mencekam, pasien COVID-19 meninggal di lapangan, di pekarangan teras IGD. Kemudian kakak saya meninggal karena COVID-19. Berangkat dari situ banyak yang DM (Direct Message) meminta tolong sulit mencari RS, IGD, Oksigen, dan plasma darah,” ujar Imam.
Setelah sembuh, ia rutin meneruskan pesan-pesan yang masuk melalui Instagram pribadinya. Ada yang meminta bantuan dicarikan rumah sakit, obat-obatan, oksigen, donor plasma konvalesen, hingga makanan. Dari banyaknya pesan yang masuk, akhirnya Imam tergerak untuk membuat Gerakan Memberi Makan gratis bagi pasien isoman. Langkah itu didukung oleh salah satu vendor yang bersedia untuk mengantarkan paket makanan tersebut.
“Yang terjadi di lapangan ada yang dikucilkan, mereka yang mau mencari makan dikucilkan oleh tetangga. Jadi, entah gimana penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang hina. Saya coba cari solusi kepada vendor itu, akhirnya kita bagikan dua kali makan sehari, siang dan malam,” kata Imam.
Dari gerakan yang digagasnya, ia tak menyangka banyak influencer lain yang terinspirasi untuk sama-sama membantu. Salah satunya Hesti Purwadinata yang membagikan vitamin kepada pasien isoman. Imam berharap gerakan ini semakin tumbuh dalam upaya mengurangi beban yang tengah menjalani isoman. Mereka yang telah dibantu diharapkan bisa mendonorkan plasma konvalesen setelah dinyatakan pulih.
“Saya menerapkan konsep Pay It Forward. Kepada pasien isoman yang telah dibantu, tolong membantu pasien lain dengan donor plasma konvalesen karena demand-nya itu setiap hari banyak yang meminta,” ujarnya.
Bahkan saat ini, ada sejumlah vendor yang menawarkan kerjasama kemanusiaan. Namun, ia masih mencari formula yang tepat agar bantuan yang disalurkan bisa tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.
“Niat awalnya ingin berbuat baik. Fokus utama ingin membantu pasien isoman. Yang saya tularkan, tolong bantu dengan plasma darah. Jika berubah pikiran tidak mau mendonorkan, saya tidak maksa. Minimal dari 10 orang yang kita bantu, lima saja yang sama-sama membantu. Itu yang ingin kita sebarkan,” jelasnya.